Oleh: Damaskus Beny
A. Perumusan Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran merupakan titik awal yang sangat penting dalam proses perencanaan pengajaran, sehingga baik arti maupun jenis-jenis perlu dipahami betul oleh seorang guru atau calon guru. Tujuan pengajaran merupakan komponen utama yang lebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses belajar-mengajar. Peranan tujuan itu sangat penting karena merupakan sasaran proses belajar-mengajar.
Tujuan pengajaran diartikan sebagai suatu upaya pendidik atau guru dalam hubungan dengan tugas-tugasnya membina peserta didik atau siswa, misalnya:
- Meningkatkan kemampuan baca siswa
- Melatih keterampilan tangan siswa
- Menumbuhkan sikap disiplin dan percaya diri di kalangan siswa.
Akan tetapi sekarang ini tujuan pengajaran lebih diartikan sebagai perilaku hasil belajar yang kita harapkan yang dimilki siswa-siswa setelah mereka menempuh proses belajar-mengajar, misalnya:
Siswa-siswa memiliki kemampuan membaca lebih baik
Siswa-siswa menguasai keterampilan tangan yang memadai
Siswa-siswa bersikap disiplin dan percaya diri
Siswa-siswa dapat memecahkan persamaaan kuadrat
Siswa-siswa dapat membuat kerajinan tangan dari tanah liat
Siswa-siswa dapat mengemukakan cara yang lebih tepat untuk mencegah timbulnya penyakit disentri
Siswa-siswa dapat menuliskan conto-contoh kalimat tungggal dalam bahasa inggris.
B. Penentuan Materi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran antara lain:
Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan atau menunjang tercapainya tujuan instruksional
Materi pelajara hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau perkembangan siswa pada umumnya
Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan
Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual dan konseptual.
Cara pemilihan materi:
Tujuan pengajaran, materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai.
Pentingnya bahan, materi yang yang diberikan hendaknya merupakan bahan yang betul-betul penting, baik di lihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.
Nilai praktis, materi yang dpilih hendaknya bermakna bagi para siswa, dalam arti mengandung nilai praktis bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Tingkat perkembangan peserta didik, kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat perkembangan berfikir siswa yang bersangkutan, dalam hal ini biasanya telah dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Tata urutan, mmateri yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya keseluruhan materi oleh peserta didik atau siswa.
C. Pemilihan Media
Media pengajaran diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar-mengajar.
Jenis-jenis media yang dapat digunakan menurut Brets ada tiga jenis yaitu: suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion).
1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk obyek dapat dilihat, contohnya televisi, video, tape dan film bergerak.
2. Media audio-stil-visual, yakni media yang mempunyai suara, obyeknya dapat dilihat namun tidak ada gerakan, contohnya: film strif bersuara, slide bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tidak bergerak.
3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu geraka secara utuh. Contohnya: papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.
4. Media-motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar obyek bergerak tetapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
5. Media stil-visual, yakni ada obyek namun tidak bergerak, seperti film stri dan slide tidak bergerak.
6. Media audio, hanya menggunakan suara seperti radio, telepon dan audio-tape.
7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak atau tertulis seperti buku, modul dan pamplet.
D. Kegiatan belajar-mengajar
Setelah ditetapkan metode mengajar yang akan digunakan, selanjutnya perlu ditetapkan kegiatan-kegiatan pokok belajar-mengajar yang akan ditempuh oleh guru maupun siswa.
1. Kegiatan Guru
Jenis-jenis yang perlu dilakukan guru tergantung dari jenis-jenis metode mengajar yang digunakan. Dalam pemberian tugas misalnya kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh guru antara lain:
a. Menjelaskan TIK yang ingin dicapai
b. Membagi siswa-siswa ke dalam beberapa kelompok
c. Menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok
d. Memantau pelaksanaan tugas oleh setiap kelompok
e. Membahas laporan hasil belajar kelompok.
2. Kegiatan Siswa
Dalam metode pembagian tugas, misalnya kegiatan pokok siswa antara lain:
a. Mengikuti dengan seksama penjelasan guru tentang pembagian kelompok dan jenis-jenis tugas yang harus dilaksanakan setiap kelompok
b. Melaksanakan tugas-tugas dalam kelompok
c. Menyiapkan laporan hasil pelaksanaan tugas
d. Melaporkan hasil kegiatan di depan kelas.
Dalam perencaan pengajaran, jenis-jenis kegiatan yang ditetapkan hendaknya cukup spesifik, misalnya disebutkan beberapa kelompok yang akan dibentuk, jenis tugas apa yang harus dikerjakan dan sebagainya.
E. Penilaian proses dan hasil belajar
Seperti kita ketahui, proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya ialah proses memberikan pertimbangan atau nilai tentang sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
Dalam hal ini kegunaan evaluasi adalah:
1. Seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetepkan.
2. Bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki.
Berdasarkan tersebut diatas, guru dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini jumlah instruksional khusus (TIK). Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang telah dimiliki oleh para siswa. Dengan kata lain dapat diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa. Di samping itu, dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil tidaknuya ia mengajar. Karena rendanya hasil belajar yang dicapai oleh para siswa bukan semata-mata disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi dapat juga disebabkan oleh kurang berhasilnya proses belajar-mengajar yang dilaksanakan guru.
A. Perumusan Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran merupakan titik awal yang sangat penting dalam proses perencanaan pengajaran, sehingga baik arti maupun jenis-jenis perlu dipahami betul oleh seorang guru atau calon guru. Tujuan pengajaran merupakan komponen utama yang lebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses belajar-mengajar. Peranan tujuan itu sangat penting karena merupakan sasaran proses belajar-mengajar.
Tujuan pengajaran diartikan sebagai suatu upaya pendidik atau guru dalam hubungan dengan tugas-tugasnya membina peserta didik atau siswa, misalnya:
- Meningkatkan kemampuan baca siswa
- Melatih keterampilan tangan siswa
- Menumbuhkan sikap disiplin dan percaya diri di kalangan siswa.
Akan tetapi sekarang ini tujuan pengajaran lebih diartikan sebagai perilaku hasil belajar yang kita harapkan yang dimilki siswa-siswa setelah mereka menempuh proses belajar-mengajar, misalnya:
Siswa-siswa memiliki kemampuan membaca lebih baik
Siswa-siswa menguasai keterampilan tangan yang memadai
Siswa-siswa bersikap disiplin dan percaya diri
Siswa-siswa dapat memecahkan persamaaan kuadrat
Siswa-siswa dapat membuat kerajinan tangan dari tanah liat
Siswa-siswa dapat mengemukakan cara yang lebih tepat untuk mencegah timbulnya penyakit disentri
Siswa-siswa dapat menuliskan conto-contoh kalimat tungggal dalam bahasa inggris.
B. Penentuan Materi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran antara lain:
Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan atau menunjang tercapainya tujuan instruksional
Materi pelajara hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau perkembangan siswa pada umumnya
Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan
Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual dan konseptual.
Cara pemilihan materi:
Tujuan pengajaran, materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai.
Pentingnya bahan, materi yang yang diberikan hendaknya merupakan bahan yang betul-betul penting, baik di lihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.
Nilai praktis, materi yang dpilih hendaknya bermakna bagi para siswa, dalam arti mengandung nilai praktis bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Tingkat perkembangan peserta didik, kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat perkembangan berfikir siswa yang bersangkutan, dalam hal ini biasanya telah dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Tata urutan, mmateri yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya keseluruhan materi oleh peserta didik atau siswa.
C. Pemilihan Media
Media pengajaran diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar-mengajar.
Jenis-jenis media yang dapat digunakan menurut Brets ada tiga jenis yaitu: suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion).
1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk obyek dapat dilihat, contohnya televisi, video, tape dan film bergerak.
2. Media audio-stil-visual, yakni media yang mempunyai suara, obyeknya dapat dilihat namun tidak ada gerakan, contohnya: film strif bersuara, slide bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tidak bergerak.
3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu geraka secara utuh. Contohnya: papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.
4. Media-motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar obyek bergerak tetapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
5. Media stil-visual, yakni ada obyek namun tidak bergerak, seperti film stri dan slide tidak bergerak.
6. Media audio, hanya menggunakan suara seperti radio, telepon dan audio-tape.
7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak atau tertulis seperti buku, modul dan pamplet.
D. Kegiatan belajar-mengajar
Setelah ditetapkan metode mengajar yang akan digunakan, selanjutnya perlu ditetapkan kegiatan-kegiatan pokok belajar-mengajar yang akan ditempuh oleh guru maupun siswa.
1. Kegiatan Guru
Jenis-jenis yang perlu dilakukan guru tergantung dari jenis-jenis metode mengajar yang digunakan. Dalam pemberian tugas misalnya kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh guru antara lain:
a. Menjelaskan TIK yang ingin dicapai
b. Membagi siswa-siswa ke dalam beberapa kelompok
c. Menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok
d. Memantau pelaksanaan tugas oleh setiap kelompok
e. Membahas laporan hasil belajar kelompok.
2. Kegiatan Siswa
Dalam metode pembagian tugas, misalnya kegiatan pokok siswa antara lain:
a. Mengikuti dengan seksama penjelasan guru tentang pembagian kelompok dan jenis-jenis tugas yang harus dilaksanakan setiap kelompok
b. Melaksanakan tugas-tugas dalam kelompok
c. Menyiapkan laporan hasil pelaksanaan tugas
d. Melaporkan hasil kegiatan di depan kelas.
Dalam perencaan pengajaran, jenis-jenis kegiatan yang ditetapkan hendaknya cukup spesifik, misalnya disebutkan beberapa kelompok yang akan dibentuk, jenis tugas apa yang harus dikerjakan dan sebagainya.
E. Penilaian proses dan hasil belajar
Seperti kita ketahui, proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya ialah proses memberikan pertimbangan atau nilai tentang sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
Dalam hal ini kegunaan evaluasi adalah:
1. Seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetepkan.
2. Bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki.
Berdasarkan tersebut diatas, guru dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini jumlah instruksional khusus (TIK). Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang telah dimiliki oleh para siswa. Dengan kata lain dapat diketahui hasil belajar yang dicapai para siswa. Di samping itu, dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil tidaknuya ia mengajar. Karena rendanya hasil belajar yang dicapai oleh para siswa bukan semata-mata disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi dapat juga disebabkan oleh kurang berhasilnya proses belajar-mengajar yang dilaksanakan guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar