Senin, 08 Desember 2008

Asal Mula Batu Daya



Menurut Penuturaan Masyarakat Daerah Simpangk Dua


Pada zaman dahulu di sebuah kampung yang bernama Baya, hiduplah sebuah keluarga. Keluarga tersebut hanya terdiri dari seorang Ibu dan satu anaknya yang bernama Daya, Sedangkan suami dari Ibu tersebut sudah lama meninggal dunia.Kehidupan sehari-hari dari Ibu tersebut adalah bercocok tanam dan berladang. Ia sangat menyangi anaknya, karena anak tersebut satu-satunya anak yang dia miliki. Kemanapun Ibu tersebut pergi pasti ia selalu membawa anak itu, karena selain umur anak tersebut baru berusia tiga tahun, sang ibupun sangat menyayangi anaknya itu.
Pada suatu hari sang Ibu dan anaknya pergi ke sebuah sungai untuk mencuci pakaian dan mandi. Pada hari itu cucian sang Ibu banya sekali, anaknya yang masih kecil tersebut diletakannya di atas sebuah batu yang lumayan besar. Bagian atas permukaan batu tersebut datar, sehingga bisa untuk menyimpan segala sesuatu termasuklah anak tersebut. Barang cucian yang begitu banyak membuat sang ibu begitu sibuk mencuci, sampai-sampai dia lupa sesekali untuk memperhatikan anaknya yang dia letakan diatas batu tadi. Pada waktu sang Ibu begitu sibuk dengan pekerjaan mencucinya, anaknya tersebut berkata kepada ibunya :
Anak : Mak junjung batu
Ibu : Ya!!!...
Anak : Mak junjung batu
Ibu : Ya!!!...
Anak : Mak!!!...junjung batu....
Ibu :Ya!!!...,ya....
Begitulah selanjutnya beberapa kali yang dikatakan anak tersebut kepada ibunya, sang ibupun menyahut dengan perkataan dan nada yang sama. Makin lama, suara yang keluar dari mulut anak tersebut semakin jauh kedengaran, ketika suara anak tersebut semakin jauh barulah sang ibu sadar bahwa dia tidak memperhatikan apa yang terjadi pada anaknya karena dia hanya menjawab apa yang dibicarakan oleh anaknya tersebut. Ketika sang ibu melihat kearah batu dimana anaknya tadi di letakan, dia terperanjat sekaligus berteriak dan meratap. Batu tempat dia menyimpan anaknya tadi ternyata bergerak ke arah atas semakin lama semakin tinggi hingga membentuk sebuah gunung batu yang besar dan tinggi, pada akhirnya sang ibu tidak bisa lagi melihat dan mendengar suara anaknya. Sang ibupun menangis dan menjerit meratapi peristiwa yang baru saja menimpa anaknya. Apalah hendak dikata oleh sang Ibu, kini anak satu-satunya yang dia miliki telah hilang di depan matanya sendiri. Menurut cerita penduduk setempat sang anak tersebut berubah menjadi batu. Batu tesebut diberi nama batu daya, nama daya diambil dari nama anak yang menjadi batu tersebut.
Penduduk sekitar tempat batu tersebut mempunyai suatu kepercayaan dan tradisi bawa tempat tersebut merupakan tempat yang Keramat. Secara turun temurun kepercayaan tersebut tetap dipegang dan dipercayai oleh mereka hingga sekarang. Setiap satu tahun sekali penduduk setempat mengadakan semacam upacara ritual, yang bertujuan untuk mengenang peristiwa terjadinya batu daya tersebut.

Tidak ada komentar: