Kamis, 11 Desember 2008

PENDIDIKAN SEBAYA


Oleh: Damaskus Beny
PANDUAN PENDIDIK SEBAYA
DEFINISI PENDIDIK SEBAYA DAN PERSYARATAN

Siapakah Pendidik Sebaya itu? Pendidik Sebaya adalah orang yang menjadi narasumber bagi kelompok sebayanya. Mereka adalah orang yang aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya, misalnya aktif di karang taruna, pramuka, OSIS, pengajian, PKK, dan-lain-lain.
Mengapa Pendidik Sebaya diperlukan?
Karena Pendidik Sebaya menggunakan bahasa yang kurang lebih sama sehingga informasi mudah dipahami oleh sebayanya.
Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya di hadapan pendidik sebayanya.
Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan santai.
Apakah syarat-syarat menjadi Pendidik Sebaya?
Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya;
Berminat pribadi menyebarluaskan informasi KR;
Lancar membaca dan menulis;
Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta senang menolong;
Pengetahuan apa saja yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya? Yang perlu dimiliki terutama adalah :
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, mencakup: organ reproduksi dan fungsinya, proses terjadinya kehamilan, Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, metode kontrasepsi dan lain-lain;
Pengetahuan mengenai hukum, agama dan peraturan perundang-undangan mengenai Kesehatan Reproduksi.
Keterampilan apa saja yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya? Pendidik Sebaya harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal, yaitu hubungan timbal balik yang bercirikan:
Komunikasi dua arah;
Perhatian pada aspek verbal dan non-verbal.
Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran;
Sikap mendengar yang efektif.
KETERANGAN Komunikasi dua arah Berbeda dengan komunikasi satu arah dimana hanya satu pihak yang berbicara, dalam tempo singkat namun hasilnya kurang memuaskan; komunikasi dua arah memungkinkan kedua belah pihak sama-sama berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan, pendapat dan perasaan. Waktu yang digunakan memang lebih lama, namun hasil yang dicapai memuaskan kedua belah pihak. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan kata-kata. Pendidik Sebaya hendaknya: Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami kelompok.
Menghindari istilah yang sulit dimengerti.
Menghindari kata-kata yang bisa menyinggung perasaan orang lain.
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk nada suara, ekspresi wajah-wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu. Dalam menyampaikan informasi, Pendidik Sebaya perlu mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara, menggunakan nada suara yang ramah dan bersahabat. Cara Bertanya Ada dua macam cara bertanya, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan Tertutup:
Adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang singkat. Bisa dijawab dengan "Ya " dan "Tidak ."
Biasanya digunakan di awal pembicaraan untuk menggali informasi dasar.
Tidak memberi kesempatan peserta untuk menjelaskan perasaan/pendapatnya. Contoh:
"Berapa usiamu?"
"Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan semacam ini?"
Pertanyaan Terbuka:
Mampu mendorong orang untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran.
Bisa memancing jawaban yang panjang.
Memungkinkan lawan bicara untuk mengungkapkan diri apa adanya. Contoh :
"Apa yang kau ketahui tentang PMS?"
"Bagaimana rasanya waktu mengalami haid pertama?"
Mendengar efektif Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif dapat dilakukan dengan cara:
Menunjukkan minat mendengar
Memandang lawan bicara
Tidak memotong pembicaraan
Menunjukkan perhatian dengan cara bertanya
Mendorong peserta untuk terus bicara baik dengan komentar kecil (misal: mm..., ya...), atau ekspresi wajah tertentu (misalnya menganggukan kepala).
PERSIAPAN KEGIATAN PENDIDIKAN SEBAYA
Dimanakah pendidikan sebaya dapat dilakukan? Dimana saja asalkan nyaman buat Pendidik Sebaya dan kelompoknya. Kegiatan tidak harus dilakukan di ruangan khusus. Bisa dilakukan di teras mesjid, di bawah pohon yang rindang, di ruang kelas yang sedang tidak dipakai, di aula gereja, dan sebagainya. Tempat pendidikan sebaya sebaiknya tidak ada orang lalu-lalang dan jauh dari kebisingan sehingga diskusi bisa berlangsung tanpa gangguan.
Persiapan apa yang harus dilakukan oleh Pendidik Sebaya sebelum pertemuan?
Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari buku panduan yang telah dimiliki maupun bacaan lainnya;
Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan dibicarakan, misalnya alat peraga, contoh-contoh kasus, kliping koran, dan lain-lain

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEBAYA
Berapakah jumlah ideal peserta kegiatan pendidikan sebaya? Yang ideal, pendidikan sebaya diikuti oleh tidak lebih dari 12 peserta agar setiap peserta mempunyai kesempatan bertanya. Bila peserta terlalu banyak, tanya jawab menjadi kurang efektif, dan peserta tidak akan mendapatkan pemahaman serta pengetahuan yang cukup memadai.
Bagaimana menyelenggarakan pendidikan sebaya?
Pendidik Sebaya (PS) mencari teman seusia yang berminat terhadap kesehatan reproduksi. Hindari cara-cara pemaksaan. Para peserta harus bersedia mengikuti seluruh pertemuan yang telah disepakati.
Untuk dapat memahami keseluruhan materi kesehatan reproduksi, paket pertemuan sekurangnya 8 kali. Setiap kali pertemuan berlangsung antara 2 - 2½ jam.
Tempat dan waktu pertemuan ditentukan bersama oleh peserta.
Pendidikan diberikan oleh dua orang Pendidik Sebaya. Satu pendidik menyampaikan dan memandu diskusi. Satu pendidik lainnya melakukan pencatatan terhadap pertanyaan yang diajukan peserta, observasi tentang proses diskusi, serta membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh Pendidik Sebaya pertama. Peran Pendidik Sebaya dilakukan bergantian dengan tujuan agar setiap pendidik mempunyai kesempatan untuk menyampaikan informasi dan memandu diskusi. Selain itu mereka juga bisa saling memberikan umpan balik selama menjadi pemandu.
Pendidik Sebaya memulai acara dengan menyampaikan materi selama tidak lebih dari setengah jam, waktu selebihnya digunakan untuk diskusi dan menampung pertanyaan.
Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, jawaban bisa ditunda untuk ditanyakan kepada mereka yang lebih ahli, bisa dokter/paramedis, tokoh masyarakat atau tokoh agama, dan lain-lain.
Topik-topik apa yang perlu dibahas?
Pengenalan organ reproduksi laki-laki dan perempuan dan fungsinya masing-masing;
Proses terjadinya kehamilan, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan dan bahaya aborsi yang tidak aman;
Metode-metode pencegahan kehamilan (metode kontrasepsi);
Penyakit-penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS;
Gender dan seksualitas; dan
Narkoba.

KIAT-KIAT MENJADI PENDIDIK SEBAYA YANG BERHASIL
Bagaimana kiat-kiat menjadi Pendidik Sebaya yang berhasil
Mau terus belajar dan memperluas wawasan.
Rajin mencari informasi tambahan.
Menyisipkan humor dalam pemberian materi.
Kreatif mencari alat bantu untuk menghidupkan suasana pembelajaran.
Apakah yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh Pendidik Sebaya dalam pendidikan sebaya? Pendidik Sebaya harus melakukan hal-hal berikut:
Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran;
Menguasai materi;
Melibatkan semua peserta dalam kegiatan pembelajaran;
Menggunakan alat bantu;
Berbicara dengan jelas dan lantang;
Memancing pertanyaan dari peserta pertemuan;
Mengatur waktu dengan cermat;
Duduk dalam lingkaran agar bisa memandang satu sama lain;
Menjaga kontak mata dalam bicara;
Memperhatikan bahasa tubuh peserta;
Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta;
Bersikap sabar tapi percaya diri.
Pendidik Sebaya jangan melakukan hal-hal berikut:
Membelakangi peserta;
Meremehkan komentar dan pendapat peserta;
Membaca materi. Materi sebaiknya sudah dihapai dan dipahami;
Berbicara dengan nada keras kepada peserta.
Menggurui.
Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja, sebaiknya memandang kepada keseluruhan secara bergantian;
Menghakimi.

MENYAMPAIKAN INFORMASI KR PADA REMAJA DALAM KELOMPOK BESAR (PESERTA LEBIH DARI 50 ORANG)
Pendidik Sebaya yang telah terlatih untuk memberikan atau menyampaikan informasi KR dalam kelompok yang kecil dapat meningkatkan kemampuannya pada kelompok yang lebih besar. Disebut kelompok besar bila jumlah peserta lebih dari 50 orang. Kegiatan ini sering disebut dengan penyuluhan. Contoh kegiatan ini adalah:
Ceramah di sekolah;
Ceramah pada peringatan hari-hari khusus, misalnya acara Tujuh Belas Agustus, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional, dan sebagainya;
Penyuluhan kader di desa;
Penyuluhan pada organisasi kemasyarakatan, misalnya: pramuka, karang taruna, pengajian, remaja gereja, dan sebagainya.
Dalam menghadapi kelompok besar, apa saja yang harus diperhatikan oleh Pendidik Sebaya? Sebelum penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Kesiapan Pribadi
Membaca materi yang akan disampaikan;
Cari informasi mengenai peserta penyuluhan;
Bahasa dan alat bantu yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan keadaan peserta penyuluhan;
Rencanakan skenario alokasi waktu dan melatih diri untuk kegiatan ceramah.
Pengaturan Tempat
Meskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan memungkinkan atur kursi/tempat duduk yang memudahkan interaksi antara pendidik dan peserta.
Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet kebelakang seperti di kelas/sekolah. Idealnya kursi tersusun membentuk huruf "U ".
Alat Bantu
Pastikan ketersediaan fasilitas alat bantu, misalnya: OHP, in-focus, pengeras suara (microphone), listrik, dan sebagainya. Perhatikan apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan baik.
Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar) yang digunakan dapat dilihat oleh semua peserta dengan mudah.
Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan jumlah baris kalimat dalam setiap tampilan tidak lebih dari 7 baris ke bawah.
Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf besar yang jelas agar mudah terbaca.
Tiba di tempat lebih awal dari waktu penyuluhan (+ 15-30 menit) untuk memeriksa fasilitas alat bantu.
Pada saat penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus memperhatikan sebagai berikut:
Perkenalkan diri sebelum memulai penyuluhan.
Secara singkat, jelaskan tujuan dari topik yang akan disampaikan.
Sampaikan informasi secara menarik, berbicara singkat dan mudah dimengerti. Sisipkan humor-humor segar.
Pastikan suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh peserta. Hindari nada suara yang datar. Jangan bicara terlalu cepat.
Kemukakan hal-hal yang penting terlebih dahulu.
Tekankan hal-hal yang perlu diingat.
Hindari istilah tehnis medis atau istilah asing, misalnya: discharge, ovum, dan lain-lain.
Pada awal penyampaian dan setiap pergantian topik, jangan lupa gali pengetahuan peserta dengan cara memberikan 1 - 2 pertanyaan terkait. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya komunikasi satu arah. Contoh: Topik penyuluhan: Penyakit Menular Seksual (PMS) Pertanyaan:
"Apakah yang anda ketahui tentang PMS?"
"Sebutkan jenis-jenis PMS?"
"Bagaimana cara menghindari penularan PMS?"
Usahakan tidak menetap pada satu posisi atau tempat, berdiri di belakang mimbar atau duduk di belakang meja.
Jangan memandang pada satu arah atau beberapa peserta saja. Bagi perhatian secara merata.
Perhatikan bahasa tubuh peserta. Jika peserta terlihat tidak mengerti atau tidak tertarik (terlihat mengantuk atau berbicara dengan peserta lain), pancing dengan pertanyaan yang dapat mengungkapkan pengetahuan, pemahaman dan perasaan peserta.
Beri kesempatan peserta untuk bertanya. Sekali-kali, lempar pertanyaan peserta untuk dijawab oleh peserta lain. Beri pujian kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Alokasi waktu untuk setiap penyuluhan/ceramah, tidak lebih dari dua jam dengan pembagian waktu penyampaian materi dan diskusi 50% : 50%.
Kira-kira 10 menit terakhir, buat rangkuman dari seluruh pembicaraan dan hasil diskusi.
Akan lebih baik jika Pendidik Sebaya menyiapkan ringkasan informasi yang dipresentasikan untuk dibagikan pada peserta di akhir ceramah.
Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam perpisahan dan terima kasih.

Lampiran
Contoh Penyampaian Materi Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Pendidik Sebaya Pendidik Sebaya diharapkan kreatif dalam menyampaikan materi kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kebosanan dalam penyampaian. Penyampaian materi bisa dilakukan dengan cara curah pendapat, diskusi kelas/kelompok, bermain peran/drama, demonstrasi, ceramah singkat, dll. Berikut ini adalah salah satu contoh cara penyampaian.
Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya (120 Menit)
Katakan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas mengenai alat-alat reproduksi manusia.
Bagikan gambar peta buta alat reproduksi perempuan dan laki-laki, minta peserta untuk menuliskan nama-nama dari alat reproduksi yang telah ditentukan. Minta beberapa peserta untuk mengemukakan jawaban mereka
Tayangkan lembar transparan bergambar alat reproduksi perempuan dan laki-laki yang telah dilengkapi dengan nama masing-masing bagian alat reproduksi tersebut. Bahas bersama peserta nama lain yang biasa digunakan di daerah masing-masing.
Terangkan fungsi masing-masing alat, misalnya "indung telur adalah tempat sel telur diproduksi." Beri kesempatan peserta untuk mengemukakan pengetahuan mereka dan mengajukan pertanyaan.
Rangkum berbagai hal penting mengenai alat reproduksi dan fungsinya.
Remaja dan Perkembangannya (60 menit)
Ajak peserta untuk mengingat kembali masa ketika mereka memasuki masa akil baligh. Tanyakan kepada mereka tanda-tanda dan perubahan apa yang mereka rasakan, baik fisik maupun perasaan mereka. Bahas bersama mengenai perkembangan emosi dan seksual yang terjadi pada masa tersebut. Bahas pula mengenai isu-isu yang terkait, misalnya mengenai mimpi basah dan masturbasi pada remaja laki-laki, serta menstruasi pada remaja perempuan. Tanyakan pengalaman dan penghayatan peserta ketika mengalami perubahan dan berbagai tanda tadi. Tekankan kepada peserta bahwa semua hal tersebut wajar terjadi pada seorang remaja.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mendiskusikan pengalaman-pengalamannya.
Sek, Seksualitas dan Jender (120 menit)
Lakukan permainan mengenai kelahiran bayi. Minta seorang peserta perempuan berperan sebagai ibu yang baru melahirkan. Minta peserta tersebut duduk sambil menggendong bayinya (boneka), disebelahnya peserta lain diminta berperan sebagai suaminya. Beberapa peserta diminta menjadi tamu dan menanyakan berbagai hal sehubungan dengan kelahiran bayi. Misalnya, "bayimu laki-laki atau perempuan?" "jika besar nanti, kamu ingin anakmu menjadi apa?" "Kamu sendiri sebenarnya menginginkan bayi laki-laki atau perempuan?" dsb. Para tamu diminta pula untuk mengomentari jawaban pasangan suami istri tersebut.
Tanyakan kepada peserta apa yang bisa kita pelajari dari permainan tadi. Kemudian pelatih menjelaskan beda antara "seks" dan "jender." Gunakan lembar transparan bertuliskan definisi kedua kata tersebut. Jelaskan pula mengenai konsep seksualitas. Tambahkan penjelasan mengenai konsep lain yang terkait, seperti: kesehatan seksual, hak-hak reproduksi, dll. Berikan contoh-contoh kongkrit sebanyak mungkin. Kaitkan dengan perkembangan seksual remaja dan ketimpangan jender yang ada. Jangan lupa memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Pertanyaan peserta mungkin meluas hingga ke aspek perilaku seksual suatu daerah tertentu, misalnya "Sifon" di Nusa Tenggara Timur (mengenai tradisi melakukan hubungan seksual setelah seorang laki-laki di khitan) atau budaya penggunaan "tongkat Madura" (semacam batang kayu yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menyerap cairan vagina).
Hubungan Seksual, Kehamilan dan Pencegahannya serta Aborsi (180 menit)
Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya adalah hubungan seksual, kehamilan dan pencegahannya, serta aborsi.
Lakukan curah pendapat tentang apa yang dimaksud dengan hubungan seksual. Lengkapi jawaban dengan penjelasan bahwa hubungan seksual dalam bahasan ini merujuk kepada ekspresi/tindakan seksual yang berpeluang besar untuk terjadinya kehamilan. Misalnya dengan mendekatkan, menggesekkan, memasukkan sebagian atau seluruh penis ke dalam vagina memungkinkan masuknya sperma ke dalam vagina.
Ajak peserta untuk membahas tentang kehamilan. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok kecil @ 4-5 orang. Minta kelompok untuk membahas proses terjadinya suatu kehamilan. Beri peserta waktu 15 menit untuk mendiskusikan dan menyiapkan hasil diskusi kelompoknya untuk dipresentasikan.
Lengkapi presentasi kelompok dengan menayangkan lembar balik transparan tentang proses kehamilan.
Selanjutnya, katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih pada pembahasan mengenai pencegahan kehamilan. Lakukan curah pendapat mengenai berbagai metode/cara untuk mencegah kehamilan. Ajak peserta untuk aktif menyumbangkan pendapat mengenai hal ini. Pelatih perlu menjelaskan bahwa cara pencegahan kehamilan terbagi dalam cara alami (misalnya, metode kalendar/pantang berkala, senggama terputus, pemeriksaan lendir pada vagina) dan cara modern (kondom, AKDR/IDU/Spiral, pil, suntik, susuk, PKPK/pil kontrasepsi pencegah kehamilan, sterilisasi). Gunakan buku Pedoman Kesehatan Reproduksi sebagai rujukan. Lakukan tanya jawab.
Katakan kepada peserta bahwa sekarang akan dibahas mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Lontarkan pertanyaan: "Kondisi dan alasan apa saja yang membuat suatu kehamilan tidak diinginkan?" Lakukan pembahasan dengan merujuk buku Pedoman Kesehatan Reproduksi mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Minta peserta untuk memberikan contoh-contoh yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal.
Sampaikan bahwa aborsi merupakan topik terakhir dalam pembicaraan ini. Lakukan permainan pendahuluan "jaring laba-laba." Minta enam peserta untuk menjadi relawan. Satu peserta diminta berperan sebagai remaja putri (RP) yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, karenanya ingin mengugurkan kandungannya. Lima peserta lainnya berdiri mengelilinginya. Peserta lain diminta menjadi observer. Pelatih menceritakan dengan singkat riwayat RP tersebut. Katakan bahwa RP adalah murid SMU kelas 2 yang dihamili dan ditinggal pergi oleh pacar. Pelatih menanyakan pertanyaan sebagai berikut: "Mengapa RP memutuskan untuk menghentikan kehamilannya?" Minta peserta untuk memberikan kemungkinan jawaban. Untuk setiap jawaban yang dampaknya memberatkan RP, minta para peserta yang mengelilingi untuk menjeratkan tali secara bergiliran pada tubuh RP. Semakin banyak jawaban yang memberatkan RP semakin banyak jeratan pada tubuhnya. Kemudian pancing pendapat peserta bagaimana mencegah terjadinya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap jawaban yang memberikan pemecahan persoalan, membuka jeratan yang melingkar di tubuh RP. Setelah permainan selesai, ajak peserta untuk merenungkan dan memberikan pendapat mengenai makna dari permainan tadi.
Terangkan bahwa ada dua jenis aborsi, yaitu aborsi spontan dan aborsi yang disengaja.
Lengkapi pembahasan dengan menerangkan mengenai aborsi aman dan aborsi tidak aman. Terangkan mengenai macam-macam aborsi tidak aman, seperti pijatan, minum jamu atau obat-obatan, loncat-loncat, dll. Jelaskan bahwa aborsi aman tidak sama dengan infanticida (pembunuhan bayi). Berikan kesempatan pada peserta untuk mengemukakan pendapatnya.
Penyakit Menular Seksual (PMS) (180 Menit)
Katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih kepada topik PMS. Bagi peserta ke dalam kelompok kecil @ 4 orang. Minta setiap kelompok untuk membahas macam-macam PMS yang mereka ketahui dan cara pengobatan yang biasa dilakukan di daerah masing-masing. Setelah 10 menit, minta salah seorang wakil setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Lengkapi jawaban hasil diskusi kelompok dengan menjelaskan dan menayangkan lembar transparan berisi mengenai macam-macam PMS, gejala, masa inkubasi, efeknya, cara pengobatan dan perkiraan besar biaya pengobatan. Gunakan pula rujukan dari buku Pedoman Kesehatan Reproduksi. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Kekerasan terhadap Perempuan (60 menit)
Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya adalah kekerasan terhadap perempuan.
Lontarkan pertanyaan "Mengapa kekerasan terhadap perempuan dan bukan kekerasan terhadap laki-laki yang dijadikan topik bahasan?" Lengkapi jawaban peserta dengan menjelaskan bahwa korban kekerasan umumnya adalah kelompok yang dianggap paling lemah dalam masyarakat, dalam hal ini adalah perempuan dan anak-anak.
Lakukan curah pendapat mengenai beberapa macam kekerasan yang biasa terjadi pada perempuan. Minta beberapa peserta untuk menyebutkan beberapa contoh kekerasan yang biasa terjadi di daerah masing-masing. Diskusikan bersama.

Tidak ada komentar: